27.11.07

Kampanye Negatif (yang gagal)

Di tengah hingar bingar suasana pemilihan ketua IA-ITB beberapa pekan yang lalu, gw tidak sengaja menemukan kertas itu (klik gambar untuk melihat gambar yang lebih besar). Kertas itu berjudul "Jangan Pilih Pejabat!" dilengkapi logo tengkorak yang memikat (usul gw: lain kali supaya lebih sangar dan terkesan angker, font-nya dibuat yang kaya darah aja..). Si penulis KT itu (KT= Kertas Tengkorak; untuk menyingkat kertas kampanye negatif ini supaya lebih mudah dalam penulisan dan pengucapan) mungkin bermaksud menunjuk pejabat pemerintah, walaupun sebenarnya tidak tertulis dengan pasti pejabat apa yang dimaksudkan. Karena, yang gw tau, semua calon ketua IA-ITB adalah pejabat (ada yang menjabat menjadi presdir IBM, dosen, menteri, dll.). sebagai masukan saja untuk si penulis KT, agar di lain kesempatan menegaskan secara pasti pejabat apa yang dimaksud, sehingga jelas 'anda' membuat KT ini untuk mendeskriditkan siapa.

Di bawah judul, ada beberapa poin untuk sekedar penegasan agar yang membaca mematuhi judul KT itu. Tidak ada waktu? lho... bukankah waktu selalu ada?? Susah ditemui? oleh anda mungkin susah ditemui, tapi oleh istrinya/ suaminya sendiri, kan, mudah ditemui. Birokratis? bukankah patuh pada peraturan itu baik?! tidak egaliter? Nah, ini anda sendiri tidak egaliter. Seenaknya membedakan orang antara yang pejabat dan bukan pejabat. lebih tidak egaliter siapa hayoo...?? Tidak muda lagi? Sampai poin yang ini, gw jadi agak bingung. soalnya yang "muda", kan, cuma satu. Kalau ingin yang lebih muda lagi, ya, pilih aja mahasiswa!!

Apakah KT ini buatan saingan HR (sebut saja begitu), supaya jagoannya bisa menang? Poin tidak muda lagi malah bisa jadi bahan adu domba antara HR dan "yang muda". Apa ada pihak yang trauma pada masa berkuasanya the lacks (untuk menyingkat Laksamana Sukardi, ketua IA-ITB sebelumnya, supaya mempermudah penulisan dan terdengar lebih keren). Teringat bagaimana saat ini, the lacks terlibat masalah korupsi yang mungkin cukup memalukan bagi IA-ITB. Untungnya, masalah korupsi itu terjadi tepat saat masa kepengurusan habis, sehingga tidak ada "cerita PSSI-Nurdin" kedua.

Atau malah KT ini dibuat agar yang pejabat yang menang?! Kan, sudah menjadi sifat dasar manusia (indonesia) untuk selalu melanggar perintah. Misalnya kalau ada papan "jangan buang sampah disini!", yang terjadi malah akan banyak sampah menumpuk di bawah papan itu. Atau misalnya kita disuruh "jangan kebanyakan nge-blog!", bawaannya malah pengen nge-blog melulu. Sifat mencintai tantangan ini seakan-akan sudah mendarah daging. Sikap "melawan arus" ini yang lebih populer, dibanding "ikut arus". Sampai dulu ada iklannya pula: "apa harus ikut arus?".

kemungkinan ketiga: bisa jadi KT ini dibuat untuk menjatuhkan "yang muda". Yang membaca poin ke-5, pasti secara tidak sadar akan menganggap bahwa si penulis KT adalah "yang muda" yang hendak menjelek-jelekkan pejabat. Kan, bisa ada pemikiran: "ah... ternyata 'yang muda' ini cuma bisa menjatuhkan harga diri orang lain!! Kalau mau menang ga gini caranya, mas!!". Dan bisa ditebak, kalau orang yang berpikir seperti itu ga akan memilih "yang muda".

Yaa... itu semua tapi sudah berlalu. HR akhirnya menang dan menjadi ketua IA-ITB yang baru. Selamat yee!! Mudah-mudahan jabatan ketua IA-ITB ini tidak sekedar menjadi batu loncatan untuk karirnya sendiri. Semoga bapak-bapak kita ini sudi menuntun kita, anak-anak mahasiswa, demi merajut masa depan yang cerah (halah...).

*ngomong-ngomong, pak, tolong diganti dong logo website IA-ITB yang terkesan sangat super duper angkuh sekali! Malu, nih, udah dikomentarin ama menteridesainindonesia :))

Add Comment

19.11.07

Tolololpedia

Site yang aneh. Bisa dibilang kebalikan dari wikipedia (dengan template yang sangat mirip). Site ini lebih baik dikategorikan sebagai site humor daripada site pendidikan. cek aja ke artikel2-nya (yugioh, ratapan anak tiri, korek api, malaysia, manusia, dll...). Aneh.. aneh.. aneh.. ANDA dapat membantu tolololpedia merusak dunia!! ah.. aneh bangettt... quote2-nya juga aneh banget. Lumayanlah.. buat yang lagi stres...

Sebagai bentuk apresiasi gw terhadap site aneh satu ini, gw akan berusaha memecahkan rekor penulisan kata "aneh" dalam satu post. aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh aneh .... super aneh dah pokoknya.. eh.. gw kok jadi ikutan aneh juga?!

Add Comment

18.11.07

Forbidden Site

Please go to this site. If you can't access it, maybe it's because you're an Indonesian. I feel very upset to become an Indon and can't take a look to the site, because 'they' say they've many products on that site!! :)

Add Comment

12.11.07

Peringatan Pemerintah

Pasti semua orang Indonesia (yang bisa membaca) pernah membaca peringatan pemerintah ini. Bukan maksudnya menyindir isu fatwa haram MUI untuk rokok, lantas gw menampilkan gambar itu. Gw cuma agak penasaran tentang kebenaran penulisan tanda baca pada kalimat tersebut.

"Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin." Kalau dilihat sepintas tidak ada yang aneh pada kalimat ini. Gw cuma bingung, kenapa tidak ditambahkan tanda baca koma di antara kata "impotensi" dan "dan". Andaikan hal itu dilakukan, bukankah ke-ambigu-an kalimat ini bisa diatasi. Kan, mungkin saja ada yang membaca sekilas, lalu menyimpulkan bahwa "rokok dapat menyebabkan janin" (dan bukannya gangguan pada janin). Pengulangan dua kata "dan" ini yang sebenarnya menjadi sumber masalahnya.

kalimat yang harusnya terbaca: "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin." bisa saja malah terbaca begini: "Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan, dan janin."!? Bahkan ada yang lupa menambahkan tanda baca titik di akhir kalimat, seakan-akan masih banyak akibat buruk rokok yang lain (yang demi penghematan space iklan hanya ditampilkan perwakilan akibat dari rokok). Kalau dicermati juga ada yang tidak lengkap dalam pemberian tanda baca koma. J.s. Badudu pasti menangis melihat susunan kalimat dan tanda baca seperti ini.

ya.. ya.. gw tau. sebenarnya ini bukan masalah penting. Merokoklah kalian sepuasnya!!! tapi hati-hati karena bisa menyebabkan hamil.. (impotensi + hamil ?? wow... perfect combination!?)


Add Comment

Catatan Kecil Si Output

Saat kuliah, saya tidak sengaja mendengar pernyataan kontroversial (tidak se-ekstrem itu juga...) yang keluar dari mulut dosen di depan kelas. Sebenarnya masalah seperti ini sudah jamak dibicarakan sejak dulu, namun entah mengapa kali ini saya merasa tertantang mengeluarkan pendapat saya sendiri. Dosen itu kira-kira mengatakan, "Semangat dan kualitas mahasiswa sekarang sudah jauh berkurang bila dibandingkan dengan mahasiswa dulu."

Mahasiswa dulu yang dimaksud sepertinya mengacu pada mahasiswa seangkatan dosen tersebut. Apakah benar begitu? Kalau masalah kepintaran, nilai, atau semacamnya sepertinya memang sulit dibuktikan, tetapi saya ingin menyoroti "hasil kerja" mereka. Apakah dengan semangat dan kualitas mahasiswa dulu itu, mereka sampai bisa mengubah negara ke dalam kondisi yang lebih baik. Pada kenyataannya bukankah pemerintah korup sejak jaman orba adalah output dari mereka semua? Yang lucu adalah saat kemarin saya melihat berita tentang kasus penjualan kapal tangker yang dianggap tidak transparan, ternyata beberapa tersangkanya adalah lulusan ITB jaman dulu. Apakah semangat dan kualitas yang dimaksud adalah 'semangat' korup dan mengutamakan 'kualitas' hidup (kekayaan)?

Mungkin tidak adil kalau saya hanya melihat contoh-contoh buruk lulusan terdahulu tanpa melihat contoh yang baiknya. Namun pernyataan dosen tersebut juga cenderung meng-generalisasi-kan mahasiswa sekarang berdasarkan contoh-contoh buruknya saja. Dan walaupun 'semangat' dan 'kualitas' mahasiswa yang dulu tetap dipertahankan, apakah bisa kita memperbaiki hasil ulah raja-raja tua yang berkuasa dahulu, yang meninggalkan banyak pekerjaan rumah berupa tumpukan hutang dan budaya korupsi? Atau malahan kita kembali meneruskan 'pekerjaan kotor' mereka dan berharap generasi mendatang akan memperbaikinya sambil terus menerus mencela generasi mendatang tersebut (seperti yang terjadi sekarang)?

Generasi sekarang mungkin bisa dibilang lebih buruk; tetapi keluaran seperti apa yang bisa diharapkan dari pendidikan yang dipenuhi korupsi dan teladan buruk disana-sini? Apakah mereka berharap keadaan seperti di sinetron hidayah, yang walaupun bapak pemabuk ibu penjudi tetapi bisa punya anak yang super duper soleh (yang kemudian berusaha menyadarkan orang tua-nya, walaupun ceritanya sering diakhiri dengan kematian mengenaskan si antagonis -biasanya mati ditabrak mobil-)?! Input yang buruk sangat memungkinkan output yang buruk. Dan siapakah input yang buruk itu? "Mereka"!? Mudah-mudahan output yang buruk itu bukan ANDA...

Add Comment