Potret jalanan di Bandung sekarang. Dimana-mana dipenuhi "space iklan" yang, menurut saya, merusak pemandangan dan mengurangi estetika keindahan. Pemkot Bandung (dengan tekun) kembali memperbanyak space iklan di daerah Simpang Dago, yang padahal sebelumnya saja sudah terlihat sesak dengan space iklan yang super besar dan tidak teratur di kanan kiri jalan. Lebih ironisnya lagi, space iklan baru ini (terlihat dibuat melintas di atas jalan Dago, berwarna putih) dibuat tak jauh dari space iklan yang lain, yang masih kosong!? Kalau memang tidak ada tempat (space) lagi untuk memasang iklan, sih, ya sah-sah saja kalau kemudian membangun space yang baru (walaupun saya pribadi tidak suka melihatnya). Tapi, bukannya space iklan sebelahnya masih kosong?? Kenapa harus dibuat lagi? Apa mungkin pajak yang orang Bandung bayarkan hanya digunakan untuk 'memperindah' Bandung dengan papan iklan? Padahal lampu jalan yang rusak dan lebih mudah (dan murah) diperbaiki saja tidak ditangani dengan baik (lihat lampu jalan di foto).
Saya kemudian berusaha berpikir positif melihat hal ini. Siapa tahu struktur putih melintang itu bukan ditujukan untuk space iklan. Mungkin saja disitu nantinya akan dijadikan 'space kampanye', yang kemudian ditempeli calon presiden, calon walikota, atau sebangsanya. Refleksi beberapa bulan kedepan, nantinya akan ada lambang kota Bandung dengan tulisan besar kapital SPACE KAMPANYE lengkap dengan nomor telepon, HP, fax, dan account friendster. Atau mungkin bisa saja struktur itu awalnya ditujukan untuk jembatan penyeberangan. Namun karena salah desain, kekurangan dana, dan bla bla bla; akhirnya dialihfungsikan menjadi space iklan. Atau bisa jadi nantinya di atas sana akan dibangun pos polisi simpang dago (maklum, belum ada pos polisi permanen di Simpang Dago. Pos yang ada lebih terlihat seperti warteg darurat yang ada di sebelah TPS simpang). Atau mungkin di sana nantinya akan dipasang jam dinding, supaya warga Bandung selalu tepat waktu?? Atau bakal dipasang atap yang digunakan polisi untuk berteduh selagi mengawasi lalu lintas?? Ah.. Terlalu banyak kemungkinan. (Saya sih.. cuma bisa berharap salah satu space iklan itu di'tebang', bukan malah pohonnya yang ditebang)
Bukankah lebih baik uang yang digunakan untuk membuat space iklan semacam itu dialihkan ke hal lain yang lebih bermanfaat (penanganan sampah misalnya). Nggak malu dapat julukan "Bandung lautan sampah"? Atau digunakan untuk menangani anak-anak jalanan yang membludak sepanjang jalan Dago ini!?
Tampaknya bukan saya saja yang ikut pusing melihat fenomena ini. Liat aja orang yang kebetulan melintas dibawah space iklan biru (foto yang lebih besar). Mas-mas itu terlihat prihatin sembari garuk-garuk kepala dan menunduk. Dia mungkin sedang memikirkan nasib Bandung dalam beberapa tahun ke depan. Jalan Dago, seluruhnya, akan dipenuhi distro, FO, atau semacamnya dengan di depannya terpancang papan-papan iklan super besar membelah angkasa. "Setelah besar nanti, saya akan mengubah ini semua!", mungkin itu pikirnya. Atau mungkin malah dia tidak peduli sama sekali, seperti sebagian besar masyarakat Bandung? Atau mungkin dia cuma garuk-garuk karena kelemumur (bahasa Malesa*-nya ketombe)? Mudah-mudahan tidak!! Saya berharap padamu, Mas**!! (eh..??)
*Malesa=Malaysia (sesuai EYD :). disingkat untuk mempermudah pengucapan dan penulisan sebagai bentuk balas dendam, karena mereka sebelumnya dengan seenaknya menyebut kita Indon (bukan Indonesia). Hidup Indon!! (eh.. enak juga emang! jadi lebih praktis! haha...)
**Mohon maaf lahir batin buat mas-mas yang ga sengaja kena jepret (mumpung masih suasana lebaran). Makanya, jangan seenaknya melintas di depan gw. haha... peace.
Saya kemudian berusaha berpikir positif melihat hal ini. Siapa tahu struktur putih melintang itu bukan ditujukan untuk space iklan. Mungkin saja disitu nantinya akan dijadikan 'space kampanye', yang kemudian ditempeli calon presiden, calon walikota, atau sebangsanya. Refleksi beberapa bulan kedepan, nantinya akan ada lambang kota Bandung dengan tulisan besar kapital SPACE KAMPANYE lengkap dengan nomor telepon, HP, fax, dan account friendster. Atau mungkin bisa saja struktur itu awalnya ditujukan untuk jembatan penyeberangan. Namun karena salah desain, kekurangan dana, dan bla bla bla; akhirnya dialihfungsikan menjadi space iklan. Atau bisa jadi nantinya di atas sana akan dibangun pos polisi simpang dago (maklum, belum ada pos polisi permanen di Simpang Dago. Pos yang ada lebih terlihat seperti warteg darurat yang ada di sebelah TPS simpang). Atau mungkin di sana nantinya akan dipasang jam dinding, supaya warga Bandung selalu tepat waktu?? Atau bakal dipasang atap yang digunakan polisi untuk berteduh selagi mengawasi lalu lintas?? Ah.. Terlalu banyak kemungkinan. (Saya sih.. cuma bisa berharap salah satu space iklan itu di'tebang', bukan malah pohonnya yang ditebang)
Bukankah lebih baik uang yang digunakan untuk membuat space iklan semacam itu dialihkan ke hal lain yang lebih bermanfaat (penanganan sampah misalnya). Nggak malu dapat julukan "Bandung lautan sampah"? Atau digunakan untuk menangani anak-anak jalanan yang membludak sepanjang jalan Dago ini!?
Tampaknya bukan saya saja yang ikut pusing melihat fenomena ini. Liat aja orang yang kebetulan melintas dibawah space iklan biru (foto yang lebih besar). Mas-mas itu terlihat prihatin sembari garuk-garuk kepala dan menunduk. Dia mungkin sedang memikirkan nasib Bandung dalam beberapa tahun ke depan. Jalan Dago, seluruhnya, akan dipenuhi distro, FO, atau semacamnya dengan di depannya terpancang papan-papan iklan super besar membelah angkasa. "Setelah besar nanti, saya akan mengubah ini semua!", mungkin itu pikirnya. Atau mungkin malah dia tidak peduli sama sekali, seperti sebagian besar masyarakat Bandung? Atau mungkin dia cuma garuk-garuk karena kelemumur (bahasa Malesa*-nya ketombe)? Mudah-mudahan tidak!! Saya berharap padamu, Mas**!! (eh..??)
*Malesa=Malaysia (sesuai EYD :). disingkat untuk mempermudah pengucapan dan penulisan sebagai bentuk balas dendam, karena mereka sebelumnya dengan seenaknya menyebut kita Indon (bukan Indonesia). Hidup Indon!! (eh.. enak juga emang! jadi lebih praktis! haha...)
**Mohon maaf lahir batin buat mas-mas yang ga sengaja kena jepret (mumpung masih suasana lebaran). Makanya, jangan seenaknya melintas di depan gw. haha... peace.