Di tengah hingar bingar suasana pemilihan ketua IA-ITB beberapa pekan yang lalu, gw tidak sengaja menemukan kertas itu (klik gambar untuk melihat gambar yang lebih besar). Kertas itu berjudul "Jangan Pilih Pejabat!" dilengkapi logo tengkorak yang memikat (usul gw: lain kali supaya lebih sangar dan terkesan angker, font-nya dibuat yang kaya darah aja..). Si penulis KT itu (KT= Kertas Tengkorak; untuk menyingkat kertas kampanye negatif ini supaya lebih mudah dalam penulisan dan pengucapan) mungkin bermaksud menunjuk pejabat pemerintah, walaupun sebenarnya tidak tertulis dengan pasti pejabat apa yang dimaksudkan. Karena, yang gw tau, semua calon ketua IA-ITB adalah pejabat (ada yang menjabat menjadi presdir IBM, dosen, menteri, dll.). sebagai masukan saja untuk si penulis KT, agar di lain kesempatan menegaskan secara pasti pejabat apa yang dimaksud, sehingga jelas 'anda' membuat KT ini untuk mendeskriditkan siapa.
Di bawah judul, ada beberapa poin untuk sekedar penegasan agar yang membaca mematuhi judul KT itu. Tidak ada waktu? lho... bukankah waktu selalu ada?? Susah ditemui? oleh anda mungkin susah ditemui, tapi oleh istrinya/ suaminya sendiri, kan, mudah ditemui. Birokratis? bukankah patuh pada peraturan itu baik?! tidak egaliter? Nah, ini anda sendiri tidak egaliter. Seenaknya membedakan orang antara yang pejabat dan bukan pejabat. lebih tidak egaliter siapa hayoo...?? Tidak muda lagi? Sampai poin yang ini, gw jadi agak bingung. soalnya yang "muda", kan, cuma satu. Kalau ingin yang lebih muda lagi, ya, pilih aja mahasiswa!!
Apakah KT ini buatan saingan HR (sebut saja begitu), supaya jagoannya bisa menang? Poin tidak muda lagi malah bisa jadi bahan adu domba antara HR dan "yang muda". Apa ada pihak yang trauma pada masa berkuasanya the lacks (untuk menyingkat Laksamana Sukardi, ketua IA-ITB sebelumnya, supaya mempermudah penulisan dan terdengar lebih keren). Teringat bagaimana saat ini, the lacks terlibat masalah korupsi yang mungkin cukup memalukan bagi IA-ITB. Untungnya, masalah korupsi itu terjadi tepat saat masa kepengurusan habis, sehingga tidak ada "cerita PSSI-Nurdin" kedua.
Atau malah KT ini dibuat agar yang pejabat yang menang?! Kan, sudah menjadi sifat dasar manusia (indonesia) untuk selalu melanggar perintah. Misalnya kalau ada papan "jangan buang sampah disini!", yang terjadi malah akan banyak sampah menumpuk di bawah papan itu. Atau misalnya kita disuruh "jangan kebanyakan nge-blog!", bawaannya malah pengen nge-blog melulu. Sifat mencintai tantangan ini seakan-akan sudah mendarah daging. Sikap "melawan arus" ini yang lebih populer, dibanding "ikut arus". Sampai dulu ada iklannya pula: "apa harus ikut arus?".
kemungkinan ketiga: bisa jadi KT ini dibuat untuk menjatuhkan "yang muda". Yang membaca poin ke-5, pasti secara tidak sadar akan menganggap bahwa si penulis KT adalah "yang muda" yang hendak menjelek-jelekkan pejabat. Kan, bisa ada pemikiran: "ah... ternyata 'yang muda' ini cuma bisa menjatuhkan harga diri orang lain!! Kalau mau menang ga gini caranya, mas!!". Dan bisa ditebak, kalau orang yang berpikir seperti itu ga akan memilih "yang muda".
Yaa... itu semua tapi sudah berlalu. HR akhirnya menang dan menjadi ketua IA-ITB yang baru. Selamat yee!! Mudah-mudahan jabatan ketua IA-ITB ini tidak sekedar menjadi batu loncatan untuk karirnya sendiri. Semoga bapak-bapak kita ini sudi menuntun kita, anak-anak mahasiswa, demi merajut masa depan yang cerah (halah...).
*ngomong-ngomong, pak, tolong diganti dong logo website IA-ITB yang terkesan sangat super duper angkuh sekali! Malu, nih, udah dikomentarin ama menteridesainindonesia :))